Jumat, 18 Oktober 2013

Bijaksana bijaksini :-)


Dalam sebuah sesi pelatihan, disebutkan bahwa sikap yang reaktif terhadap suatu masalah itu dapat menjadi penghambat komunikasi.

Dalam sebuah pelatihan juga  disampaikan jauh lebih baik bila kita bersikap proaktif daripada reaktif.


Berbicara dengan seorang sahabat mengenai sebuah kondisi. Dimana ia merasa sedang disalahkan terus oleh lingkungan. Sedih sekali saat melihat seorang dewasa merasa tidak kompeten, karena pengaruh ucapan orang lain.

Jadi teringat ketika kita di kelas menghadapi anak. Betapa ia bisa "mengecil" ataupun "melejit" hanya dari komentar yang diucapkan oleh seorang guru.  Jadi teringat juga betapa Rasulullah wanti-wanti agar kita menjaga lisan. Betapa lisan yang terucap dapat membuka pintu syurga sekaligus bisa menjadikan kita terperosok pada dosa yang tak terampuni. Naudzubillah..

Sahabatku bercerita, betapa ia merasa kontribusi aktifnya terasa tidak dinilai dan tidak terasa oleh lingkungan terdekatnya. Sedih sekali ketika ia menyatakan mengapa hanya kesalahannya terus yang terlihat. Sementara upaya dia sama sekali tidak ada yang menghargai.

Sesungguhnya, menurutku sahabatku itu adalah orang yang cerdas. Kalah pengalaman, memang betul. Tetapi bukankah kita juga tidak langsung jadi pandai. Perlu melakukan berulang-ulang hingga kita bisa melakukan sesuatu dengan mudah. Perlu jam terbang, perlu pengalaman.

Sungguh tidak bijak, bila kita berfokus  pada kesalahan. Ingat lagi pada kebutuhan dasar manusia. Rasa aman, dicintai, diterima, dihargai.  Dewasa maupun anak-anak mereka adalah manusia. Sama-sama ingin merasa aman dalam suatu komunitas. Ingin upayanya dihargai. Ga perlulah sampai dicintai, setidaknya rasa diterimanya terpenuhi.

Bijaksana tidak hanya sebatas pada ucapan. Memberikan kesempatan, bersabar menunggu, memberi masukan dengan cara yang baik. Komunikasi yang baik saat menyampaikan masukan, kekecewaan dan juga mengemukakan kesalahan. Tidak langsung menuduh, menghakimi dan menyalahkan. Seperti yang dikatakan Bunda Teresa, jika kita menuduh atau menyalahkan orang lain, maka kita tidak akan sempat untuk mencintai orang itu.

Please be wise, don't let the tears drop anymore


Rabu, 16 Oktober 2013

Menjelang Ulang Tahun ke-2 De Fa


Besok De Fa ulang tahun.

Dua tahun yang lalu, malam seperti  ini saya masih menahan mulas.
Saya menikmati mulas sambil browsing bagaimana cara melahirkan, tahapan menuju kelahiran dan juga banyak doa untuk persiapan mental tentunya.

Ternyata proses lahiran De Fa ga semudah yang saya baca. Padahal mulasnya udah bagus, ternyata karena bukaan berhenti sampai bukaan dua saja. Akhirnya induksi sana sini. Sungguh nikmat perjalanan menjadi ibu, sangat luar biasa.

Sesakit apapun, ga ada kesal sedikitpun. Begitu bayi mungil ganteng itu ada di pelukan, hilang semua rasa sakit. Subhanallah...

Harsya Fauzan Rachman
Menjadi ibu sungguh tak mudah. Memeras ASI demi memberikan ASI ekslusif selalu diupayakan. Dua tahun sudah, tetapi hingga hari ini De Fa masih sangat tergantung dengan ASIku. 

Menyapih dengan cinta, itu cita-citaku. Kali ini mungkin aku masih bertahap menyetop ASI buat De Fa. Tidak yakin besok bisa langsung berhenti, yaah pasti perlu waktu tambahan... berapa lama? belum tahu..

Menjadi ibu butuh komitmen tinggi, semoga bisa jadi ibu yang baik buat De Fa dan juga Kak Ray.

Tadi siang bersama seorang teman menilik lagi puisi seorang penyair ternama tentang arti seorang anak..., betapa mereka hanya titipan.. betapa kita mendapatkan amanah besar.. Ya Allah, mampukan aku mengemban amanah besar ini. Setelah berbagai ujian, sekarang saatnya menikmati dan menjalani menjadi orangtua dari anak-anak yang kami damba. Bantu kami senantiasa Ya Rabb agar mampu memberikan yang terbaik bagi mereka. Terimakasih atas nikmatMu Yaa Rabb...
On Children
 Kahlil Gibran
De Fa, Kak Ray, Ayah Adhur dan Mbu Lita
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you,

And though they are with you yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.

You are the bows from which your children
as living arrows are sent forth.

The archer sees the mark upon the path of the infinite,
and He bends you with His might
that His arrows may go swift and far.
Let your bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also the bow that is stable.

http://www.katsandogz.com/onchildren.html
http://chirpstory.com/li/32624  Twitter: @ID_AyahASI

Selasa, 08 Oktober 2013

Bangga Menjadi Bangsa Indonesia

Generasi Penerus Bangsa

Suatu pagi, rasanya hati sedikit galau dengan berita yang terdengar dan juga saya baca di koran pagi.
Miris rasanya saat mahkamah tertinggi tergoda dengan materi. Apa kabar integritas, apakah kau masih ada di hati dan pikiran?

Walau hati galau, mengajar tetap jalan terus. Tetap harus senang dan bahagia. Kebetulan kesempatan yang hanya 1 jp  bersama anak-anak itu, terasa sangat bermakna. Kami mengisi 35 menit yang kami punya untuk berlatih bernyanyi sesuai dengan irama. Setelah itu kami berlatih menyanyikan satu lagu wajib nasional. Nah saat itulah, kami berdiskusi mengenai makna lagu. Kami berdiskusi mengapa kami harus belajar menyanyikan lagu wajib nasional.

Saya berkesempatan untuk menyampaikan, bahwa mau dilahirkan dimana kita itu ga bisa kita pilih. Kita dilahirkan di Indonesia, orang lain ada yang di Jepang, Belanda, Malaysia dan lain-lain itu juga bukan pilihan mereka. Itu terkait dengan kuasa Tuhan, dengan takdir yang harus kita jalani. Bila sekarang anak-anak kurang bangga karena Indonesia kalah keren dari negara-negara yang pernah mereka kunjungi. Anak-anak masih punya kesempatan yang sangat besar untuk membuat Indonesia menjadi negara yang hebat.

Curahan hati pada anak kelas satu SD ini ternyata memberi dampak. Saya melihat binar di mata mereka. Sekaligus menemukan harapan, mereka akan jauh lebih baik. Akan dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik. Dengan rasa cinta yang mereka punya. Integritas tinggi semoga tertanam di hati mereka semua. Serta selalu berusaha mengerjakan sesuatu dengan kualitas yang baik.

Akhir pertemuan, saya sempat bertanya kembali, siapa yang cinta Indonesia?  Kini semua tangan terangkat ke atas. Begitu pula ketika saya bertanya, siapa yang bangga menjadi bangsa Indonesia? Semua serempak menjawab SAYA!




Sabtu, 05 Oktober 2013

Berbagi; mulai dari yang terdekat, mulai dari yang sederhana

Suatu hari Kamis, seperti biasa ada pertemuan di tempat aku bekerja. Hari itu dirasa istimewa, karena akan ada hal baru yang akan kami  lakukan.

Kami menunggu saat perdana kami akan berbagi secara paralel dengan rekan-rekan kami. Pembicaranya adalah salah satu dari kami, kami juga dapat memilih akan mengikuti sesi yang mana disesuaikan dengan kebutuhan kami.

Tiba-tiba seorang rekan yang sedianya akan menjadi pembicara menghampiri. Membisikan sesuatu yang agak membuat aku terperanjat. Bagaimana tidak, beliau memintaku bertukar jadwal dan minta aku menyampaikan sesiku hari itu. Aduh.. manalah bisa bila tanpa persiapan aku membawakan materiku? Aku akhirnya menawarkan untuk menggantikan posisinya. Tetap membawakan materi yang tadinya akan beliau bawakan. Beliau tampak senanng, seraya menambahkan bahwa semua alat bahan sudah ia siapkan sebetulnya. Huuuh.. win win solutions tercapai akhirnya.

Aku pikir materi yang aku bawakan ini sederhana. Aku sudah berulang kali membuatnya. Sempat berpikir mungkin tidak akan banyak peserta yang memilih sesi ini. Ternyata dugaanku salah. Pesertanya lumayan juga. Kemudian mereka juga memang sebelumnya tidak pernah tahu bagaimana cara membuat alat bahan pembelajaran yang akan kami coba buat saat itu.

Kegiatan kami saat itu adalah: Membuat Playdough untuk Alat Bahan Pembelajaran
Mulanya gurauan-gurauan muncul, ketika melihat bahan yang tersedia. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Waah mau bikin gorengan ya buu?"  "Eh bikin makanan nih kita kayaknya?"
Betapa tidak bahan yang disediakan adalah, tepung terigu, garam, minyak goreng, air dan pewarna makanan.
Cara membuatnya sangat sederhana. Siapkan terigu, tambahkan garam, tuangkan minyak goreng, tambahkan air. Uleni hingga kalis, tambahkan pewarna makanan. Bila terlalu lembek tambahkan lagi terigunya.

Rekan-rekan mencoba membuatnya langsung. Semua berusaha dan antusias, Mereka memilih warna yang beragam. Setelahnya bersama-sama membuat karya tiga dimensi dengan menggunakan playdough buatan kami. kami berbagi warna hingga karya kami lebih cerah dan ceria.

 Menyampaikan prolog

 Menyiapkan alat bahan

 Menyimak dengan seksama

 Bapak-bapak yang bangga dengan keberhasilannya

 Akhirnya berhasil juga..

 Membantu teman

 Selalu ada ruang untuk bersenang-senang dan bercanda

 Berbagi dan berkarya

 Tekun mewujudkan imajinasi dalam karya

Menikmati proses mengekpresikan diri dalam karya

Yang menarik dan menyenangkan adalah perasaan yang timbul selama proses belajar. Betapa semua antusias. Senang, bergembira dan puas dengan karya yang dihasilkan. Padahal yang kami lakukan sangatlah sederhana.

Akupun merasakan hal yang sama. Senang dan puas. Berbagi selalu membuat kita merasa berkelimpahan. Walaupun yang kita bagikan adalah ilmu yang sangat sederhana.

Semoga sedikit ilmu yang telah dibagi menjadi ilmu yang bermanfaat. Semoga hal kecil ini menjadi amalan yang selalu membuat kita lebih dekat denganNya. Tiada lain yang diharapkan selain menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. sekecil apapun yang kita lakukan. Aamiin.